Opini  

Al Quran bagi Kehidupan Orang ICMI

Oleh: Apendi Arsyad

Menarik menyimak dialog pagi ini, diantara para aktivis Dewan Pakar (Wankar) ICMI Pusat, tentang membaca Al Quran bagi orang-orang (warga) ICMI. Sempat saya baca, scrol ke atas di WAG Wankar ICMI pada Ahad pagi ini, setelah sholat subuh dan kemudian bertadarus Al Al Qur’an (tgl 14 Agustus 2022). Buka-buka Hp untuk mengisi waktu rehat, selama berada di ruang perpustakaan pribadi rumahku, Ciawi Bogor.

Saya kutip komentar ibu.Dr.Sri..lebih kurang pesannya begini..”Pengurus ICMI sih tiap hari pasti insyaAllah baca Al Quran, semua pasti sudah ingat sendiri abis subuh baca itu sudah rutin, kan kewajibannya, bahkan mengajarkan kepada anak cucunya masing-masing juga seperti itu…”, pesan moral ibu Dr.Sri.

Ya begitu pendapat ibu Dr. Sri, ya ibu kita ini memang rajin berkomentar dan beropini serta bersilang pendapat di WAG. Syukron ibu Sri, saya AA sangat bersepakat tentang persoalan membaca Al Quran sebagaimana diwacanakan tersebut, yang sebelumnya juga diperkuat pendapat kang Prof. Cewan.. “Ayoo baca Al Quran dan Dhuha ya, semoga berkah dunia akhirats..”, dll.

Menurut pendapat saya, ya seharusnya memang begitu sikap dan perbuatan orang-orang ICMI, yakni gemar dan rajin membaca Al Quran dan mengerti maknanya, atau dengan istilah lainnya bertadarus Al Quran.

Bertadarus Al Quran, meningkat kemampuan literasi kita melihat berbagai perspektif kehidupan dalam 2 dimensi yaitu dunia yg akan punah (alam fana) dan akhirat yang kekal abadi (alam baqa), disamping mendapat ipteks yang begitu lengkap wahyu-wahyu yang menjelaskan berbagai fenomena alam semesta (bumi, langit, matahari, bulan, bintang, jin, gunung, lautan dan beserta isinya seperti makhluk-makhluk lain ciptaanNya), yang kemudian dibuka tabir kebesaran Allah oleh berbagai ikhtiar manusia sejalan dengan perkembangan dan kemajuan science and technology, art (ipteks) bagi orang-orang berimtaq, yang dalam hal ini mereka, barang tentu tergolong Cendekiawan Muslim, orang yang selalu peduli dan terus berpikir (ulil albab).

Bagi kalangan warga, anggota ICMI, yang tentunya harus dan wajib taat pada konstitusi dan paham isi AD, ART, Kode Etika, Khittah, dan Wawasan Pengabdian ICMI, maka peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan (imtaq) kepada Allah SWT haruslah selalu diperhatikan dan diikhtiarkan agar menyatu-padu (integrated) dengan penguasaan dan pembudayaan ipteks (kepakaran) yang kita miliki, dan hendaknya juga bersenyawa dalam kepribadian kita sehari-hari berupa “hard and soft skill” yang senantiasa beresonansi dibawa lindungan dan pertolongan Allah SWT (hablumminallahi waniakmal wakil minalmaulahi waniakman natsir).

Dengan rajin membaca Al Quran serta paham arti dan maknanya, maka itu sesungguhnya akan lebih baik. Barang tentu akan lebih baik lagi, apabila sanggup dan berkemampuan diamalkan dalam praktek kehidupan sehari-hari kita, sebab dengan membaca Al Quran, pikiran (otak) dan perasaan (hati, qalbusalim) kita sedang berdialog dengan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang (bismillahir rahmanir rahiem), yang sungguh sangat besar dan kuat mempengaruhi pergeseran pola pikir (mindset shifting), pola bertindak dan berperilaku yang mulia (akhlaqul karimah, human behavior) di dalam lingkungan kehidupan sosial kita.

Jika perubahan perilaku itu terjadi, maka itu akan lebih baik bagi proses kehidupan kita menghadapi tantangan untuk meraih berbagai kesuksesan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (NKRI). Kita manusia kini, telah menjadi khalifah fil ard, dan berfungsi dan berperan sebagai makhluk yang “rahmatulil alamin”, insyaAllah kehidupan kita akan diberkahi Allah SWT. Dan kemudian, insyaAllah pula akan membawa keselamatan baik hidup di dunia, maupun di akhirats kelak, Aamiin 3 YRA.

Maaf, izinkan saya AA bernarasi sekilas tentang pengalaman pribadi. Alhamdulillah saya AA membaca Al Quran, sudah dibiasakan, dikerjakan setiap selesai sholat fardhu, jika berada di rumah, apalagi di rumah pada malam hari, jumlah ayat-ayat Al Quran yang dibaca akan semakin bertambah banyak lagi.

Seandainya saya berpergian (touring) pun keluar kota untuk suatu urusan misalnya tugas survey penelitian, atau bertamasya, maka di dalam tas atau koporku kitab Al Quran tak lupa aku bawa kemana-mana. Jika terkadang aku lupa tidak membawa kitab suci Al Quran waktu berpergian, maka ketika istirahat di penginapan atau hotel, aku merasakan ada sesuatu yang “hilang”, kerugian dalam perasaanku, terasa hidup kurang nyaman rasanya dalam perjalanan. Begitulah habitku terhadap adanya kitab suci Al Quran dalam perjalanan keseharian pola hidupku. Alhamdulillah.

Membaca kitab suci Al Quran dan terjemahannya untuk paham firman-firman Allah sudah menjadi kebutuhan spritual hidupku (spiritual need). Aku merasakan kenikmatan dan keberkahan yang luar biasa, ketika membaca Al Quran, antara lain hati ini menjadi tenteram (sakinah) krn kita selaku hambaNya dengan membaca Al Quran, kita akan selalu ingat akan kebesaran Allah (zikrullah). Itu fakta yang aku alami sehari-hari, itu bukan ilusi, apalagi halusinasi.

Alhamdulillah membaca kitab suci Al Quran sudah menjadi habitku, karena dididik dan dilatih sejak masa balita dan remaja oleh kedua orangtuaku yang memang sangat disiplin dalam praktek beribadah, hingga aku dewasa, sewaktu berstatus siswa dan mahasiswa, berkuliah di SMA dan Perguruan Tinggi, kebiasaan baik tersebut masih terbawa-bawa.

Subhanallah walhamdulillah, bahkan kini memasuki usia lanjut (lansia) masih tetap setia membaca kitab suci Al Quranul Karim. InsyaAllah frekwensi dan eskalasinya semakin meningkat, sebab ingat kematian akan datang dan semakin mendekat. Oleh sebab itu, kalkulasi neraca pahala dan dosa sudah menjadi perhatianku, sehingga di akhir hayatku bisa meraih status akhir yang baik (husnul khotimah), dimana ketika menghadap Sang Illahi, Allah SWT, timbangan pahala hendaknya lebih besar ketimbang perbuatan dosa guna meraih kehidupan syurga (Jannah).

Saya kira itulah cita-cita atau target yang mulia yang wajib kita raih semasa hidup di dunia ini, apalagi kita kebetulan menjadi orang-orang yang berhikmat di dalam wadah organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI) yang telah berdiri sejak tgl 7 Desember 1990 di Kampus UNIBRAW Malang Jawa Timur.

Di masa berusia lansia (60 + thn), menurut pendapat dan pendirianku, kita sebaiknya “sudah selesailah” mengurus diri sendiri utk mengejar harta dan tahta serta wanita utk kepentingan hanya bersifat duniawi, mengumbar hawa nafsu. Kita sebaiknya atau seharusnya berikhtiar untuk fokus meningkatkan kualitas iman-taqwa (imtaq) dengan rajin beribadah (fardhu dan sunnah), disertai gemar berbuat kebajikan dan kebaikan (amar makruf) dan mencegah kemungkaran (nahi mungkar) sesuai kapasitas kita.

Kesemua yang kita kerjakan itu sebagai sarana mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kematian (sakaratul-maut), yang kita tidak satu pun yang tahu kapan datang dan dimana tempatnya, lantas seperti apa yg terjadi, kita pun tak tahu. Itu rahasia illahi, Sang Maha Penguasa, Pencipta dan Pemilik alam jagat raya beserta isinya (termasuk kita manusia selaku hambaNya) yakni Allah Subhanauwa Taalah.

Kita perkuat terus keyakinan ketauhidan dan sahadatain kita..”Laillahaillallah Muhammadar Rasulullah”, dengan khusuk dan tawadduak, sehingga kita melihat gemerlapnya kehidupan dunia biasa-biasa saja atau bersikap wajar, sebab semuanya hanya bersifat sementara, akan punah dan tidak abadi.

Janganlah kita sampai diperbudak atau silau oleh gelimangan harta (korupsi), tahta/jabatan (transaksional, KKN) dan wanita/sexual-nafsu birahi (berselingku, berzinah), sehingga lupa dan lalai menunaikan ibadah fardhu dan sunnah keseharian hidup kita kepada Allah SWT, misalnya menunaikan sholat fardhu 5 waktu tepat waktu dan tertib, bershaum, bersedekah-berzakat harta, berbagi ilmu, berdakwah Islamiyah, dll.

Hendaknya, ketika kita berada pada masa lansia ini, selalulah bersyukur, dimana Allah telah berikan usia yang relatif “panjang” jika dibandingkan dengan mereka, kawan-kawan kita yang sebaya, yang telah wafat, mendahului kita. Atas semua nikmat hidup, karunia dan hidayahNya yang banyak kita peroleh, dapatkan, nikmati dan rasakan hingga saat ini, makanya kita seharusnya banyak merenungkan bahwa begitu “Rahman dan RahiemNya” Allah SWT kepada kita hamba-hambaNya.

Di masa lansia, masih diberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan “pertaubatan nasyuha”, yakni benar-benar minta ampun kepada Allah SWT dan tidak lagi mengerjakan perbuatan dosa-dosa, baik diperbuat sengaja mengikuti arahan syaitan, maupun tak sengaja atau tanpa sadar sehingga berbuat khilaf dan salah. Dengan banyak beristighfar, semoga Allah SWT menghapus atau mengurangi dosa-dosa, yang telah membuat hidup kita susah-sengsara, bukan saja didapatnya di dunia dengan turunnya berbagai azab, laknatullah seperti pandemi Covid 19, bencana alam spt gempa bumi-tsunamy-tanah longsor etc; krisis energi dan pangan, perang, dll. Juga di hari akhirat kelak akan berada dalam kehidupan penuh siksa di neraka jahannam, wajah muram-hitam, penuh penyesalan dan saling menyalahkan sesama kafirun. Nauzubillahi minzalik.

Jadi saya sependapat dengan sarannya ibu Dr. Sri/Waket Wankar ICMI Pusat, orang-orang ICMI haruslah rajin membaca Al Quran dan tahu maknanya, kemudian diamalkan secara kaffah isi kandungan kitab suci Al Quran, dan mengamalkan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan senantiasa mengingat Allah SWT, hidup dan hati kita menjadi tenteram (sakinah), sehingga berdampak positif terhadap kehidupan keluarga dan para tetangga sekitar kita, yang hidup berkasih sayang atau saling mengasihi, insyaAllah hidup ini nikmat dan berbahagia (mawadah warohmah).

Ingat, keluarga “Sakinah mawaddah warohmah” adalah merupakan salah satu misi mulia dari organisasi para Cendekiawan- ICMI berdasarkan Program 5 Knya ICMI yakni peningkatan kualitas imtaq/zikir, pikir/ipteks, kerja/kreatifitas, karya/inovasi dan peningkatan kualitas hidup dan keluarga Sakinah mawaddah warohmah.

Paling tidak dengan kita rajin membaca dan memahami isi kandungan kitab suci Al Quranul Karim, kumpulan ayat-ayat wahyu illahi. Maka kita paling tidak akan mendapatkan informasi berupa khabar-berita dari Allah, yaitu : (1) peringatan, larangan-larangan, informasi sekitar kehidupan neraka jahannam, yang menyiksa bagi kaum kafirun, munafiqin, musriqun dan fasikun (golongan kiri); dan (2) khabar gembira bagi orang-orang berimtaq (kaum mukminun dan mukminat, golongan kanan), gemar berbuat kebajikan dan mempercayai adanya kehidupan akhirat, serta di kehidupan dunia mereka berakhlaq mulia. Mudah-mudahan orang-orang ICMI termasuk hambaNya golongan kanan, yang wajahnya bercahaya, berseri-seri, hidup damai, dikitari para bidadari dan menikmati kehidupan syurgawi, yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, insyaAllah.

Oleh karena itu, maka bagus sekali, kita berikhtiar sekuat tenaga untuk mengamalkan Sunnah Harian Rasullullah, yakni ada 7 macam amalan keseharian, yang mudah bisa kita kerjakan yaitu sbb:

  1. Sholat pada waktu sepertiga malam, sholat tahajjut;
  2. Sholat dhuha di pagi hari (pkl 7+);
  3. Berpuasa Senin dan Kamis, serta berpuasa Sunnah lainnya.
  4. Bertadharus, membaca Al Quranul Kariem, sebagaimana yang dijelaskan diatas;
  5. Gemar bersedeqah, menyisihkan harta untuk fuqoro masakin atau yang berhak menerimanya;
  6. Selalu dalam keadaan bersuci, berwuduk; dan
  7. Banyak-banyak memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa yg diperbuat, dengan membaca “astaghfirullaahalaaziem” (beristighfar) setiap saat dan atau setiap waktu setelah selesai sholat.

Insya Allah dengan amalan 7 macam Sunnah Harian Rasullullah Muhammad SAW, jika kita kerjakan dengan ikhlas dan mengharapkan ridho dan pahala dari Allah SWT semata, maka kita akan selamat mengharungi kehidupan di dunia yang fana ini dan terhindar dari begitu banyaknya godaan syeitan (iblis) yang terkutuk, dan insyaAllah kita bisa lulus, bisa meraih jannah di kehidupan akhirats kelak, yang kekal abadi (alam baqa). Aamiin-3 YRA.

Harapannya semoga kehadiran tulisan ini membawa manfaat bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada bahasa dan kata-kata yang kurang berkenan hati pembaca sekalian. Ini hanya merupakan dakwah Islamiyah, yang menjadi kewajiban setiap insan cendekiawan muslim (ulil albab).

Semoga Allah SWT selalu memberkahi kehidupan kita, dan tetap berupaya menjadi mukmin dan mukminat sejati.
Syukron barakallah. Amiin YRA.

Penulis adalah Pendiri-Dosen Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L, Pegiat dan Pengamat Sosial serta Pendiri-Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor