News, Opini  

ChatGPT, Membantu Atau Menggantikan Peran

JAKARTA (Literasi.co.id) – Perkembangan teknologi telah terjadi sejak zaman kuno. Dimulai dari penemuan roda, mesin uap, hingga listrik. Namun, pada abad ke-20, perkembangan teknologi beranjak begitu pesat sejak ditemukannya komputer dan internet. Komputer telah menjadi alat yang sangat penting dalam dunia teknologi dengan kemampuannya memproses berbagai informasi dengan cepat dan efisien.

Seiring kemajuan teknologi komputer, muncul berbagai teknologi baru seperti telepon seluler, komunikasi satelit, dan jaringan nirkabel. 

Pada tahun 1990-an, internet menjadi semakin populer yang memungkinkan orang untuk terhubung ke seluruh dunia. Internet telah membuka pintu untuk banyak teknologi baru, termasuk perangkat lunak seperti ChatGPT.

ChatGPT adalah contoh dari kemajuan terbaru dalam teknologi pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan. ChatGPT didasarkan pada arsitektur GPT-3, yang dirilis pada tahun 2020 oleh OpenAI. Dengan menggunakan algoritma deep learning untuk mempelajari pola dalam bahasa manusia, ChatGPT kemudian menghasilkan tanggapan yang sesuai dengan input yang diberikan.

Pengembangan ChatGPT telah membuka banyak peluang baru di berbagai bidang, termasuk pengajaran, kesehatan, bisnis, dan hiburan. Dengan kemampuan untuk memproses data besar dan menghasilkan hasil yang akurat, teknologi seperti ChatGPT dapat membantu mengatasi masalah kompleks yang sulit dipecahkan oleh manusia secara manual.

Dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan teknologi kecerdasan buatan dan mesin pembelajaran akan terus berkembang, membawa kemajuan yang semakin pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

Sebagai teknologi AI yang memungkinkan komunikasi dalam bahasa alami antara manusia dan mesin, ChatGPT memiliki potensi manfaat yang signifikan dalam berbagai bidang. Beberapa manfaat dari ChatGPT antara lain:

  1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas: Dalam banyak konteks, ChatGPT dapat membantu menghemat waktu dan meningkatkan efisiensi dalam interaksi manusia dengan mesin, misalnya dalam bidang layanan pelanggan atau dukungan teknis.
  2. Membantu dalam pemecahan masalah yang kompleks: ChatGPT dapat membantu dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks dengan analisis data yang lebih akurat dan menyediakan solusi yang lebih baik.
  3. Membantu dalam pengembangan produk: ChatGPT dapat membantu dalam pengembangan produk baru dengan memungkinkan tim pengembang untuk berinteraksi dengan pengguna secara langsung dan memperoleh umpan balik secara real-time.

MENJADI FENOMENAL KURANG DARI SEMINGGU

Sebagai suatu terobosan teknologi, tak perlu waktu lama bagi platform chatbot ChatGPT untuk meraih satu juta pengguna. Dalam tempo kurang dari lima hari sejak perilisanya, ChatGPT telah mencapai 1 juta pengguna.

Hasil riset Statista mengungkapkan ChatGPT sukses mengalahkan Instagram yang mampu mencapai satu juta pengguna dalam 2,5 sejak perilisannya di bulan pertama. Adapun Spotify berada di posisi ketiga yang membutuhkan waktu lima bulan untuk merangkul satu juta pengguna.

Layanan penyedia data berbasis web Dropbox sendiri membutuhkan waktu tujuh bulan untuk mencapai satu juta pengguna.

Bahkan platform sosial semacam Twitter dan layanan penyewaan properti Airbnb butuh waktu dua tahunan untuk mendapatkan satu juta pengguna dan pesanannya.

Sebagai produk IT paling sensasional dalam beberapa tahun terakhir ini, ChatGPT benar-benar memberikan pengalalam baru bagi pengguna.

Seperti halnya teknologi lainnya, ChatGPT dapat membawa dampak negatif jika digunakan secara tidak benar atau disalahgunakan. Beberapa dampak buruk yang mungkin timbul dari penggunaan ChatGPT adalah:

  1. Penyebaran informasi palsu atau manipulatif: ChatGPT dapat digunakan untuk membuat teks yang menyesatkan atau manipulatif, yang dapat digunakan untuk menyebarkan propaganda atau menyebarkan informasi palsu.
  2. Penyalahgunaan dalam interaksi sosial: Ada risiko bahwa ChatGPT dapat digunakan dalam interaksi sosial yang merugikan atau merugikan orang lain, misalnya dalam bentuk pelecehan verbal atau penipuan.
  3. Hilangnya keterampilan komunikasi manusia: Meskipun ChatGPT dapat membantu dalam berkomunikasi dengan mesin secara lebih efisien, penggunaan teknologi ini secara berlebihan dapat mengurangi keterampilan komunikasi manusia yang penting, seperti kemampuan untuk membaca dan memahami bahasa tubuh atau ekspresi wajah.
  4. Penggantian pekerja manusia: Seiring perkembangan teknologi ChatGPT yang semakin canggih, ada risiko bahwa mesin dapat menggantikan pekerja manusia dalam beberapa konteks, yang dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan meningkatkan pengangguran.

Namun, penting untuk diingat bahwa dampak buruk ini tidaklah mutlak atau pasti terjadi, dan dapat dihindari atau diminimalkan melalui tindakan pencegahan yang tepat. Hal ini termasuk mengembangkan pedoman dan standar etis untuk penggunaan teknologi seperti ChatGPT, serta melatih pengguna untuk menggunakan teknologi ini secara bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan secara lebih luas.

MAHASISWA DAN TUGAS

Penggunaan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas atau skripsi tidak boleh menjadi alasan bagi mahasiswa untuk mengabaikan pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh selama masa kuliah. Meskipun teknologi seperti ChatGPT dapat membantu mempercepat proses penyelesaian tugas atau skripsi, tetap diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang mencukupi dalam materi yang dipelajari agar mahasiswa dapat menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.

Selain itu, penggunaan ChatGPT dalam menyelesaikan tugas atau skripsi harus dilakukan dengan etika yang baik dan tidak melanggar prinsip akademik dan kejujuran. Mahasiswa harus memahami konsekuensi dari plagiasi dan kecurangan akademik, serta menjaga integritas akademik dalam menyelesaikan tugas atau skripsi mereka.

Oleh karena itu, penggunaan ChatGPT sebaiknya dipandang sebagai alat bantu yang membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas atau skripsi dengan lebih efisien, dan bukan sebagai pengganti dari pembelajaran yang diperoleh selama masa kuliah. Mahasiswa tetap harus belajar dan memahami materi yang dipelajari agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang bermutu dan bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat.

ChatGPT harus dibarengi dengan aturan dan etika yang baik. Hal ini penting untuk mencegah penyalahgunaan dan penyalahgunaan teknologi, serta untuk memastikan penggunaan yang etis dan bertanggung jawab.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mempromosikan aturan dan etika penggunaan ChatGPT meliputi:

  1. Menyediakan pedoman dan peraturan: Perguruan tinggi dan institusi pendidikan lainnya harus menyediakan pedoman dan peraturan yang jelas mengenai penggunaan ChatGPT, termasuk aturan tentang kejujuran akademik dan plagiasi. Pedoman dan peraturan tersebut harus disebarkan secara luas di antara mahasiswa dan staf pengajar.
  2. Memberikan pelatihan: Perguruan tinggi dan institusi pendidikan dapat memberikan pelatihan dan pendidikan kepada mahasiswa dan staf pengajar mengenai penggunaan ChatGPT dan etika akademik. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa penggunaan ChatGPT dilakukan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.
  3. Menerapkan teknologi anti-plagiarisme: Perguruan tinggi dan institusi pendidikan dapat menggunakan teknologi anti-plagiarisme untuk mendeteksi tindakan plagiasi dan kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa. Ini dapat membantu mencegah penyalahgunaan ChatGPT dan tindakan tidak etis lainnya.
  4. Mengedukasi tentang etika dan kejujuran: Perguruan tinggi dan institusi pendidikan dapat membantu mempromosikan nilai-nilai etika dan kejujuran kepada mahasiswa melalui kurikulum dan kegiatan lainnya. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa mahasiswa memahami pentingnya kejujuran akademik dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Dengan menerapkan aturan dan etika yang baik dalam penggunaan ChatGPT, dapat membantu memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan secara etis dan bertanggung jawab. Selain itu, hal ini juga dapat membantu memperkuat integritas akademik dan menjaga kualitas pendidikan tinggi.

Penulis: Brian Samosir

Penulis ialah mahasiswa lulusan IPB University dan sedang menjabat sebagai Ketua Bidang Media Komunikasi dan Informasi Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (Kabid Medkominfo PP GMKI) Mb 2022-2024