Gerakan Mahasiswa Indonesia dari Masa ke Masa

BOGOR (Literasi.co.id) – Gerakan mahasiswa adalah kegiatan di dalam maupun di luar kampus, untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis. Dalam sejarah bangsa, gerakan mahasiswa sering menjadi cikal bakal perjuangan nasional.

Seperti yang terjadi pada tahun 1987 ketika diadakan aksi mahasiswa pertama di Institut Seni Indonesia dengan mengatasnamakan FKMY (Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta) dengan tuntutan dicabutnya NKK/BKK, mahasiswa menghadang Mendikbud Fuad Hasan saat membuka Pameran Purna Tugas mengajar Widayat.

Begitu banyak contoh pergerakan pelajar dan mahasiswa yang terekam dalam sejarah. Kemurnian idealisme dan jiwa nasionalisme yang tinggi telah mengajarkan pentingnya niat dan tujuan pergerakan itu dilakukan.

Keterbatasan kondisi yang terjadi pada saat itu membuat mereka memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama.

Dengan tujuan mendalami permasalahan yang ada dan mencari solusi dari permasalahan tersebut berdasarkan kajian intelektualitas yang terarah. Perjuangan kaum pelajar dan mahasiswa kala itu tergagas sebagai bentuk atau refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terhadap penindasan kolonialisme.

Generasi 1908 melalui “penerangan-penerangan” pendidikan yang mereka berikan, mendorong semangat rakyat, menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

Berkumpul, mendiskusikan permasalahan dan mencari alternatif solusi adalah semangat dan diwariskan oleh para pendahulu yang harus ditunjung tinggi oleh gerakan pemuda atau mahasiswa, namun hal ini justru luntur oleh dekadensi moral yang menggerus niat awal pergerakan itu dilakukan.

Katanya untuk rakyat, namun yang dilakukan malah merepotkan rakyat.Jahitan di kantong dan otak yang koyak diwakilkan oleh “segelintir oknum” pemuda yang menamakan dirinya mahasiswa, terdengar dan menjadi sasaran empuk kaum pemanfaat.

Didekati dengan iming-iming lembaran merah biru serta nasi kotak yang tidak kotak-kotak itu telah meyakinkan bahwa mereka para mahasiswa yang saya sebut “oknum” ini bisa dimanfaatkan.Coba dengar orasi-orasi pendahulu. Fahami alurnya hingga mereka terlihat elegan saat menyampaikan pendapat.

Berkumpul dan berserikat, membangun relasi yang baik dengan pergerakan yang sama merupakan satu kekuatan yang besar. Lalu salahnya dimana ??? Kenapa aksi yang dilakukan bahkan nyaris tidak didengarkan ???

Kembali kepada cara pendahulumu. Mereka berkumpul membahas permasalahan yang terjadi dan “mencari solusi”.

Hal ini yang bahkan mungkin hanya dilakukan oleh segelintir saja namun tidak dilakukan oleh semua kelompok yang menamakan dirinya mahasiswa. Kemana hilangnya intelegensia ???.

Lakukan kajian dan analisa apa yang menjadi masalah, temukan penyebab masalah dan cari alternatif solusinya. Sampaikan kepada pihak yang berwenang dengan wibawa. Tunjukkan kharisma seperti pendahulumu.

Bukan dengan orasi yang mengatasnamakan rakyat namun yang dilakukan malah merepotkan rakyat. Adik-adik kita harus dipulangkan dari sekolahnya lebih awal karena akan ada demonstrasi, padahal kemarin di masa pandemi mereka sudah tidak maksimal belajar.

Demonstrasi mengecam kenaikan harga, padahal yang dilakukan malah membuat kemacetan dan merugikan masyarakat yang sedang beraktifitas dan berusaha. Lalu apakah ini cara yang bijak ??? Apakah intelegensiamu sebagai mahasiswa tidak bekerja ???

Mengapa tidak gunakan motto kampus hijau “menyelesaikan masalah tanpa masalah” ???.

Yang lebih lucunya lagi, oknum ini sering melakukan demonstrasi tanpa mencari tau kebenaran berita, tidak mencari tau dari sumber berita, main angkat, main hujat untuk sekedar lembaran dan lauk yang membungkam naga-naga di dalam perut. Buka hati, dimana naluri ???

Jangan mau di peralat, jangan mau dirusak hanya karena kepentingan. Posisikan sebagaimana kalian harus diposisikan, buat para “tujuan” demonstrasi bergeming karena kharisma dan intelegensia kita.

“Mahasiswa terdiri dari banyak disiplin ilmu, artinya semua permasalahan di lingkungan dapat didiskusikan dengan disiplin ilmu yang berkaitan. Anggap lah ini tugas lapangan sebagai media mengasah ilmu yang kalian dalami.

Tapi ingat, bukan hanya keras berkoar-koar tapi cari alternatif solusinya hingga menjadi berimbang. Kita temukan permasalahannya dan kita berikan alternatif solusinya. Setidaknya berikan gambaran atas pemikiran dan sumbangsih kita sebagai siswa yang maha kepada para penguasa”.

Penulis : Ria Soeroso (Consultant Public)

” Salam kharisma dan intelegensia “

Ketua GENTA.ORG – gerakannyata_untukIndonesia