GREAT Edunesia Bareng Dompet Dhuafa dan STIM Budi Bakti Peringati Hardiknas dengan Menggelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

GREAT Edunesia kolaborasi dengan Dompet Dhuafa dan STIM Budi Bakti menggelar Hardiknas Eduaction Forum 2024 di Kampus STIM Budi Bakti Jalan Raya Kemang pada Kamis, 2 Mei 2024.

BOGOR (Literasi.co.id) – Momentum Hari Pendidikan Nasional tahun 2024, Great Edunesia bersama Dompet Dhuafa dan Kampus STIM Budi Bakti menggelar acara Talk Show Hardiknas Eduaction Forum 2024 yang bertajuk “Merdeka Belajar dan Jalan Terjal Transformasi Pendidikan Kita”. Kegiatan ini berlangsung di Kampus STIM Budi Bakti, Jalan Raya Kemang, Kabupaten Bogor pada Kamis, 2 Mei 2024.

Adapun pembicara dalam acara ini nampak hadir seperti, Dr Ahmad Juwaini, S.E,M.M selaku Ketua Dewan Pengawas Dompet Dhuafa, Asep Hendriana sebagai CEO GREAT Edunesia, Dr Adian Husaini sebagai Akademisi dan Penulis Buku, Dr Zain Ucherowi sebagai tokoh pendidikan, Iman Zanatul Haeri selaku P2G, Tina Fatimah Ketua Kampus STIM Budi Bakti dan Mulyadi Saputra selaku Executif Direktor GREAT Edunesia.

” Acara ini merupakan rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dipusatkan untuk merenungkan perjalanan dan tantangan pendidikan di Indonesia,” disampaikan Asep Hendriana selaku CEO GREAT Edunesia dalam conferensi pers pada Kamis (2/5).

Menurut Asep, tahun ini Indonesia memasuki usia ke-79. Namun, pendidikan di negeri ini masih saja memiliki tumpukan masalah yang tak kunjung selesai. Beragam kebijakan dan kurikulum silih berganti diterapkan, tetapi problematika pendidikan Indonesia belum banyak yang terurai.

” Separuh lebih angkatan kerja yang dihasilkan dari pendidikan kekinian nyatanya tak mampu memenuhi kualifikasi yang diharapkan. Hal tersebut disinyalir lantaran persoalan akses pendidikan serta kualitas belajar di sekolah dan perguruan tinggi yang belum cukup baik,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rina Fatimah Rektor STIM Budi Bakti menyampaikan, dalam dua dekade terakhir, Indonesia mengalami krisis pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya peningkatan output pendidikan yang signifikan dalam 10—15 tahun terakhir.

” Riset PISA tahun 2022 melaporkan bahwa 82% siswa Indonesia yang berusia 15 tahun tak paham Matematika, 75% tak paham bacaan, dan 66% tak paham sains. Selain itu, persoalan lainnya adalah makin tercerabutnya materi ajar dari kearifan lokal masyarakat sekitarnya. Persoalan tersebut membuat makin sulit menemukan korelasi fungsional antara muatan ajar dengan kebutuhan di dunia nyata,” papar Rina.

Selanjutnya Kata Rina, kurikulum Merdeka Belajar sebagai gagasan baru untuk mengubah wajah pendidikan kita dinilai masih terlalu prematur untuk dilihat keberhasilannya. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa paket-paket kebijakan ini masih terus berlanjut selepas pergantian kepemimpinan nasional.

” Karenanya, jalan terjal diprediksi masih akan ditempuh dalam koridor transformasi pendidikan guna mewujudkan SDM unggul Indonesia yang memiliki enam dimensi Profil Pelajar Pancasila,” ujarnya.

Mulyadi Saputra selaku Executif Direktor GREAT Edunesia menambahkan, berangkat dari permasalahan tersebut, pada momentum Hari Pendidikan Nasional 2024 ini, Great Edunesia menginisiasi forum diskusi untuk memunculkan gagasan-gagasan baru transformasi pendidikan untuk menjawab tantangan di era Indonesia Emas.

” Great Edunesia sendiri adalah organisasi filantropi pendidikan sebagai mitra pengelola program Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan yang berkhidmat kepada publik di bidang pendidikan untuk pembedayaan. Great Edunesia memiliki 12 program dari pendidikan dasar hingga tinggi,serta pendidikan informal hingga formal,” beber Mulyadi.

Mulyadi menegaskan, hingga saat ini Great Edunesia telah memberikan kemanfaatan kepada ribuan siswa, guru, juga sekolah, terbentang di seluruh provinsi di Indonesia.

Seperti diketahui, kegiatan Hardiknas Forum 2024 ini dibuka sesi pagi dibuka dengan Gelar Wicara Pendidikan Nasional. Ahmad Juwaini, selaku Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa untuk memberikan sambutan pembuka.

Selanjutnya, pada sesi siang digelar Ruang-ruang Gagasan. Ruang Gagasan 1 mengusung tema diskusi “Kampus Masa Depan, Pemuda Produktif, dan Revolusi Keterampilan Baru.” Sementara Ruang Gagasan 2 membahas tema diskusi “Reorientasi Sekolah untuk Generasi Emas”.