Wujudkan Mimpi Anak Penderita Thalasemia, Ini yang Dilakukan Pemkot Bogor dan Yayasan TUS

Salah seorang anak penderita Thalasemia saat diberikan kejutan oleh Duta Thalasemia Yane Ardian

KOTABOGOR (Literasi.co.id) – Arya Tantra Yudha Gustama (16), salah satu penderita thalasemia, mengaku sangat bahagia bisa bertemu langsung dengan Wali Kota Bogor Bima Arya di Balaikota Bogor, Selasa (23/5/2023).

Momen itu pun dimanfaatkan Arya untuk bercerita banyak hal kepada Wali Kota. Mulai dari hobinya memasak hingga mengidolakan Chef Arnold.

Bahkan, Bima memberikan kejutan kepada Arya dengan melakukan panggilan video secara langsung bersama Chef Arnold.

“Senang sekali. Bisa ngobrol sebentar dengan Chef Arnold meski lewat video call. Apalagi tadi bilang dijadwalkan mau ke Bogor juga. Aku suka masak karena lihat Chef Arnold di Youtube. Makasih Pak Wali Kota,” ungkap Arya.

Sementara itu, Bima Arya mengatakan, para penderita thalasemia ini harus terus dibangkitkan semangat hidupnya. Di Kota Bogor sendiri tercatat ada sekitar 80 orang penyandang thalasemia.

“Secara psikis dan mental, mereka perlu support dengan mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Ini salah satunya,” kata Bima.

Arya, lanjut Bima, mempunyai mimpi yang sangat sederhana, yaitu ingin memiliki oven karena suka masak dan bikin kue.

“Kami beri hadiah oven, kemudian karena Arya suka sama Chef Arnold, kami sambungkan video call langsung dengan Chef Arnold. Chef Arnold memberikan semangat untuk Arya. Itu luar biasa untuk Arya,” terangnya.

Momen ini merupakan bagian dari kolaborasi antara Pemkot Bogor dengan Yayasan Tandamata untuk Superhero (TUS), Persatuan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) dan Duta Thalasemia Bogor Yane Ardian.

“Yayasan Tandamata untuk Superhero ini sangat peduli terhadap anak-anak penderita thalasemia. Ikhtiarnya dengan mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Terima kasih sudah berkontribusi luar biasa,” ujar Bima.

Founder Yayasan TUS, Lala Pradana mengatakan, pihaknya fokus untuk mewujudkan mimpi anak-anak yang memiliki penyakit berat dan kurang mampu.

“Jadi, kami lebih memikirkan dari sisi psikis, di mana di dalam menjalankan pengobatan mereka yang begitu panjang kadang kita lupa jika mereka itu punya mimpi, punya harapan. Itulah yang kita gali. Dan kita kolaborasi untuk mewujudkan itu,” ungkap Lala.

Ketua POPTI Bogor dr. Djoko Setionegoro menjelaskan bahwa anak thalasemia ini ada kebutuhan khusus untuk transfusi setiap hari.

“Thalasemia ini sangat menyentuh hati karena ada gangguan tumbuh kembang karena HB-nya selalu rendah,” ujar Djoko.

“Tapi Insya Allah mereka punya tekad hidup yang sama dengan anak-anak normal. Jadi kita harus mengetahui mimpi mereka supaya punya support hidup. Kita patut untuk bersimpati ke mereka bahwa mereka bisa hidup layaknya yang normal,” tambahnya.

Duta Thalasemia Bogor Yane Ardian mengaku sangat berbahagia atas kolaborasi ini dalam mewujudkan mimpi anak-anak thalasemia di Kota Bogor.

“Ke depan, akan ada upaya-upaya konkret agar mata rantai thalasemia bisa diputus. Kami akan roadshow ke sekolah agar awareness masyarakat bisa terbangun,” pungkasnya.