Predikat Cirebon Kota Berintan, Realita Nyaris Berantakan dan Meredup oleh Infrastruktur dan Kebersihan

Oleh: Dadang Gunawan

Jurnalis Literasi.co.id

Cirebon adalah kota dengan sejarah panjang dan budaya mendalam. Julukan Kota Berintan lahir dari pengakuan atas warisan kerajaan, seni tradisi, dan kuliner khas yang mampu memikat banyak orang. Modal besar ini sejatinya bisa mengangkat Cirebon sejajar, bahkan lebih unggul, dibanding kota-kota lain di Indonesia.

Namun, kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik. Infrastruktur kota yang tak memadai, tata ruang semrawut, hingga fasilitas publik yang kurang terawat membuat wajah Cirebon meredup. Jalan rusak, kemacetan, serta kawasan wisata bersejarah yang tak jarang dibiarkan kotor adalah potret nyata yang tak bisa disembunyikan.

Lebih memprihatinkan lagi, sebagian masyarakat masih abai terhadap kebersihan lingkungan. Sungai yang dipenuhi sampah, perilaku buang sampah sembarangan, dan ruang terbuka hijau yang minim menunjukkan bahwa kesadaran kolektif belum tumbuh kuat. Padahal, kota berbudaya mestinya tercermin pula dari perilaku warganya.

Meski demikian, harapan belum padam. Cirebon tetap memiliki peluang besar untuk bangkit. Pemerintah daerah harus berani mengambil langkah tegas dalam penataan tata ruang dan infrastruktur. Dunia usaha dapat berperan sebagai mitra pembangunan, sementara masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran menjaga kebersihan sebagai bagian dari budaya.

Sejarah dan budaya Cirebon adalah harta tak ternilai. Tantangan kini adalah bagaimana menjadikannya selaras dengan wajah kota modern yang tertib, indah, dan bersih. Jika itu tercapai, predikat Kota Berintan tidak lagi sekadar slogan, melainkan identitas sejati yang membanggakan.