Tradisi Grebeg Sungkem Ponpes Kebon Syarif Cibogo Menghidupkan Spiritualitas dan Budaya Lokal Pasca Idul Adha

Budaya, Peristiwa, Religi5408 Dilihat

Literasi.co.id, Cirebon – Senin, 9 Juni 2025 Ratusan jamaah dari berbagai daerah menghadiri Tradisi Grebeg Sungkem Kampung Cibogo yang diselenggarakan di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Senin (9/6). Acara yang digelar pasca Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah ini dipimpin langsung oleh KH. Ma’dun, pengasuh Pondok Pesantren Kebon Syarif Cibogo sekaligus keponakan dari tokoh spiritual kharismatik ternama, Mbah Fanani.

Tradisi yang sarat nilai spiritual dan budaya ini dimulai dari Masjid Syekh Anwaruddin Kriyan, yang saat ini masih dalam proses pembangunan dan membutuhkan dukungan untuk menyelesaikan sekitar 60 persen sisa pekerjaan. Masjid ini berlokasi di Kp. Cibogo, Blok Kebon Syarif RT 02/RW 09, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

Acara diawali dengan Walimatus Syawal dan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh KH. Ma’dun dan dibuka secara resmi oleh Sultan Keraton Kacirebonan Gusti Sultan Abdul Gani Natadiningrat, SE. Serta dihadiri Kapolsek Cirebon Selatan Timur (Seltim) saat ini dijabat oleh AKP Joni Rahmat Syahputra, S.H., M.Si. Lebih dari 500 jamaah hadir dalam kegiatan ini, termasuk masyarakat lokal serta para peziarah dari luar kota seperti Karawang, Bandung, Ciamis, dan sejumlah daerah lainnya.

“Grebeg Sungkem” secara harfiah bermakna prosesi ziarah dan penghormatan (sungkem) kepada para tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam dan pendidikan pesantren. Tradisi ini juga menjadi wujud syukur setelah pelaksanaan ibadah Ramadan dan Idul Adha, serta sarana mempererat tali silaturahmi antar generasi.

Setelah prosesi pembukaan, peserta melanjutkan kegiatan ziarah religi ke sejumlah makam keramat (makbaroh) tokoh penyebar Islam dan leluhur penting di wilayah Cirebon, antara lain:

1. Makam Mbah Sholeh, pendiri Pondok Pesantren Benda Kerep

2. Makam Keramat Sunan Kalijaga

3. Makam Keramat Sunan Gunung Jati

4. Makam Keramat Pangeran Cakrabuwana

Di setiap lokasi ziarah, peserta menggelar doa dan tahlil berjamaah, menciptakan suasana religius dan penuh kekhusyukan. Prosesi ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual spiritual, namun juga simbol penghormatan terhadap warisan nilai-nilai keislaman dan perjuangan para ulama terdahulu.

Dalam sambutannya, KH. Ma’dun menyampaikan bahwa tradisi ini merupakan bentuk pelestarian budaya Islam Nusantara dan menjadi momen penting untuk membangkitkan kembali kesadaran akan pentingnya menghargai sejarah dan perjuangan para leluhur.

“Tradisi ini bukan sekadar ziarah, tetapi juga pengikat silaturahmi dan pengingat akan nilai-nilai perjuangan spiritual yang telah diwariskan kepada kita,” ujarnya.

Panitia berharap kegiatan ini akan terus dilestarikan sebagai bagian dari agenda tahunan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat akar budaya dan spiritualitas Islam di Cirebon.

[ INDAH ]