Agak Lain Kadisbudpar Kabupaten Cirebon Menentang Larangan Study Tour, Gubernur Jabar Sebut Disbudpar gagal Kelola Pariwisata

Literasi.co.id, CIREBON 25 Maret 2025 – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, Abraham Mohammad, secara terbuka menentang kebijakan larangan kegiatan study tour yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Ia menilai kebijakan tersebut merugikan banyak pihak, terutama para agen perjalanan dan penyelenggara tur yang kehilangan sumber pendapatan akibat larangan tersebut. Hal tersebut diungkapkan Abraham Muhammad usai berdialog dengan para pengusaha tour and travel Kabupaten Cirebon, Senin 24 Maret 2025.

“Terkait study tour saya selaku Kadisbupar tidak setuju dengan beliau (Gubernur Jabar Dedi Mulyadi), Abraham menilai, kebijakan Gubernur sangat keliru ketika melarang pelaksanaan study tour pada sekolah. Abraham mengkhawatirkan dampak ekonomi yang ditimbulkan, terutama bagi pelaku usaha pariwisata yang mengalami penurunan permintaan. Menurutnya, study tour tidak hanya berdampak pada sektor transportasi, tetapi juga hotel, restoran, dan destinasi wisata yang selama ini menjadi tujuan edukasi bagi siswa. Oleh karena itu, ia meminta agar Gubernur Jawa Barat mempertimbangkan kembali kebijakan ini.

Namun, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, menyatakan justru ini adalah kegagalan Disbudpar dalam mengelola pariwisata. Ia menilai bahwa sektor pariwisata tidak seharusnya bergantung pada siswa sekolah. “Jika dunia pariwisata hanya mengandalkan study tour, dan seharusnya study tour adalah perjalanan pendidikan, tetapi faktanya saat ini lebih banyak didominasi oleh bisnis antara pihak sekolah, travel dan pariwisata. Jika seperti itu, namanya bukan study tour, melainkan piknik,” kata Dedi.

Selain aspek ekonomi, Gubernur juga menyoroti beban finansial yang ditanggung orang tua akibat study tour. Ia mengungkapkan banyak keluarga dari kalangan menengah ke bawah yang harus berutang atau menjual barang demi membiayai anak mereka ikut study tour. Tak hanya itu, Dedi juga menyoroti dampak sosialnya. “Banyak siswa yang merasa minder karena tidak bisa ikut study tour akibat keterbatasan biaya. Ini justru menciptakan ketimpangan sosial di lingkungan sekolah,” jelasnya.

Dedi menyarankan agar kegiatan pendidikan di luar sekolah tetap bisa dilakukan tanpa harus membebani orang tua dengan biaya besar. Ia menekankan bahwa esensi pendidikan bukan terletak pada perjalanan jauh, melainkan pada pengalaman belajar yang bermakna.

 

[ NIKO ]