SERIBU PROFESI LAIN YANG DIKUASAI GURU TANPA MASUK SLIP GAJI

Edukasi, Pendidikan1026 Dilihat

 

Seorang guru, sejatinya bukan hanya pengajar. Ia adalah manusia seribu profesi, sosok yang diam-diam memerankan begitu banyak peran yang jauh melampaui deskripsi pekerjaannya di atas kertas.

Di ruang kelas, guru bisa menjadi polisi yang menjaga ketertiban agar suasana tetap aman dari keributan. Dalam sekejap, ia berubah menjadi detektif, menyelidiki siapa penyebab masalah tanpa bantuan CCTV, hanya berbekal naluri dan kesabaran.

Saat ada murid yang pingsan, ia pun berganti peran sebagai dokter, dengan kotak P3K sederhana yang sering lebih banyak diandalkan daripada ruang UKS. Di lain waktu, ia menjadi psikolog, pendengar setia anak yang datang membawa keresahan, kesedihan, bahkan trauma dari rumah.

Ketika semangat belajar siswa meredup, guru hadir sebagai motivator yang meniupkan keberanian baru. Ia pun kerap berubah menjadi komedian, membuat kelas yang kaku kembali hidup, sebab belajar tak akan berjalan bila hanya berisi tekanan.

Dalam setiap momen, guru juga jadi fotografer yang mendokumentasikan kegiatan, hakim yang menengahi perselisihan, sekaligus satpam yang menjaga kejujuran saat ujian. Tak jarang, guru turun tangan sebagai petugas kebersihan, ikut menyapu kelas yang kotor, atau bahkan tukang yang memperbaiki meja rusak.

Lebih dari itu, banyak guru rela menjadi donatur, merogoh kantong pribadi untuk membeli pena, buku, bahkan biaya lomba bagi muridnya. Mereka juga berperan sebagai ahli komputer yang mengutak-atik aplikasi nilai dan administrasi sekolah, hingga menjadi tempat curhat yang dipercaya penuh oleh siswanya.

Dan di atas segalanya, guru adalah orang tua kedua. Ia mendidik dengan kasih, menegur dengan sayang, melindungi dengan ketulusan, serta mendampingi anak didiknya tumbuh dengan karakter yang kuat.

Ironisnya, semua peran mulia ini tidak pernah tercatat di slip gaji guru. Masyarakat sering hanya melihat guru sebagai “pengajar mata pelajaran”, padahal mereka adalah tiang utama pembentuk karakter bangsa.

Pertanyaannya, jika seorang guru bisa sekaligus menjadi polisi, dokter, psikolog, motivator, orang tua kedua, bahkan donatur pribadi—lalu siapa di dunia ini yang mampu menggantikan guru?

 

Oleh : Moh Saefulloh

Jurnalis Biro Indramayu