Semangat Santri Pondok Pesantren A.P.I Al-Imam di Kampung Unik Benda Kerep, Cirebon

Budaya, Edukasi, Religi657 Dilihat

Literasi.co.id, CIREBON – Di tengah arus modernisasi yang kian deras, semangat belajar agama tetap berkobar di Pondok Pesantren A.P.I Al-Imam, yang terletak di Kampung Lebakngok, Benda Kerep, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Cirebon. Kampung ini dikenal unik karena masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat warisan leluhur. Dulu, kampung ini menolak segala bentuk modernisasi, termasuk penggunaan peralatan elektronik dan listrik. Namun, seiring waktu, sebagian masyarakat mulai menerima listrik dan peralatan modern lainnya, meski ada larangan keras terhadap penggunaan speaker, televisi, dan radio. Bahkan, suara adzan di mushola dan masjid setempat masih dikumandangkan tanpa alat pengeras suara.

Anak-anak santri di Pondok Pesantren A.P.I Al-Imam, yang berusia antara 6 hingga 17 tahun, tumbuh dalam lingkungan sederhana. Mereka terbiasa pada umumnya mengenakan pakaian tradisional seperti kopiah dan sarung tanpa berlebihan, sesuai ajaran leluhur mereka yang menekankan kesederhanaan dalam berpenampilan. Pondok pesantren ini didedikasikan untuk mencetak calon ustaz dan guru mengaji, dengan visi mulia membentuk generasi Qur’ani yang akan menerangi masyarakat dengan ilmu agama.

Menariknya, hampir semua anak di kampung ini memilih tidak menempuh pendidikan formal. Sebagai gantinya, mereka fokus belajar membaca, menulis, dan mengaji di pondok-pondok yang dibuka secara gratis oleh para tokoh agama. Hal ini juga diterapkan di Pondok Pesantren A.P.I Al-Imam yang dipimpin oleh Ustad Jalaludin Imam Syekh Sefti, seorang ustaz muda yang sangat berdedikasi dalam pengembangan pendidikan agama di daerah tersebut.

Walaupun para santri yang lulus dari pondok ini tidak memiliki ijazah formal seperti sekolah pada umumnya, mereka dibekali dengan ilmu agama yang kuat dan nilai-nilai moral yang luhur. Semangat mereka dalam menimba ilmu agama menjadi bukti bahwa pendidikan tidak selalu harus berjalan seiring dengan modernisasi, melainkan bisa tetap lestari dalam kesederhanaan dan keteguhan memegang tradisi. [ NIKO ]