Ironis! Warga Desa Sumur Wuni Mengeluh Pencemaran Limbah dari TPA Kopi Luhur

literasi.co.id, KOTA CIREBON — Warga Desa Sumur Wuni, tepatnya di Blok Palinggihan RT 01 RW 07, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, mengeluhkan dampak serius dari pencemaran limbah yang bersumber dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kampung Kopi Luhur. Pada Sabtu (21/6/2025), keresahan ini mencuat ke publik setelah sejumlah warga menyampaikan keluhan mereka kepada media.

TPA yang telah beroperasi hampir dua dekade tersebut dinilai tidak mendapat penanganan atau pembenahan berarti dari instansi terkait. Akibatnya, tumpukan sampah yang terus menggunung memicu kebocoran limbah yang mencemari lingkungan sekitar, terutama aliran sungai dan sumur milik warga.

Rio Setiawan (33), warga sekaligus perwakilan masyarakat, menyatakan bahwa air sumur yang dulunya menjadi sumber utama kebutuhan warga kini telah berubah warna dan berbau tidak sedap.

“Kami dari pihak warga setempat mengeluh atas dampak buruk dari limbah air TPA yang tidak jauh dari lokasi pemukiman. Air sumur kami kini berubah warna dan bau. Kami sudah tidak bisa mengonsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari, hanya bisa dipakai mandi,” ungkap Rio kepada awak media.

Menurut Rio, kondisi ini semakin parah di musim penghujan. Limbah cair dari TPA menyusup lebih deras ke dalam tanah dan mencemari sumber air bersih warga.

“Beberapa bulan kemarin saat musim hujan, air sumur berubah warna agak kekuningan dan bau busuk. Ini jelas akibat pencemaran limbah dari sampah yang sudah puluhan tahun mengendap tanpa penanganan,” tambahnya.

Tak hanya berdampak pada kualitas air, pencemaran ini juga menimbulkan gangguan kesehatan. Sejumlah warga mengalami gejala gatal-gatal dan sesak napas yang diduga kuat berkaitan dengan limbah yang mencemari lingkungan.

Ketua RT 01 RW 07, Iksan, turut mempertegas keluhan warga. Ia menyebut bahwa sistem pembuangan limbah di TPA sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Infrastruktur yang dulu dibangun seperti bak penampungan sudah rusak dan tertutup tumpukan sampah.

“Dulu pernah dibuatkan sebuah bak licik, tapi sekarang sudah hancur tertutup sampah. Jalur air pun tertutup, sehingga air limbah menyebar ke mana-mana,” jelas Iksan.

Ia juga menambahkan bahwa seluruh warga di wilayahnya mengandalkan air dari sumur gali maupun bor, karena tidak tersambung jaringan PDAM. Namun, kondisi air tersebut kini turut tercemar.

“Air sumur kami menguning, baik sumur bor maupun gali. Ini sangat memprihatinkan,” ujar Iksan.

Selain pencemaran air, Iksan juga mengeluhkan maraknya nyamuk berukuran besar yang berkembang di sekitar TPA, yang menurutnya sudah seperti di wilayah Papua.

“Nyamuknya besar-besar seperti di Irian Jaya. Kami butuh fogging dan perhatian kesehatan dari pemerintah,” tambahnya.

Rio dan Iksan bersama warga terdampak berharap Pemerintah Kota Cirebon, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH), segera turun tangan dan mengambil langkah serius terhadap pencemaran yang telah berlangsung lama ini.

“Kami mohon agar pemerintah hadir dan memberi solusi nyata. Air bersih, penyemprotan nyamuk, serta penataan ulang sistem pengelolaan TPA sangat kami butuhkan,” tutup Rio.

Masyarakat Sumur Wuni kini menunggu bukti nyata dari pemerintah, bukan sekadar janji. Mereka menginginkan lingkungan yang sehat, air bersih yang layak konsumsi, dan kepastian hidup yang lebih baik di tanah kelahirannya sendiri.

(Dadang)